
Judi diyakini berasal dari praktik-praktik kuno yang terkait dengan ramalan atau kepercayaan spiritual. Salah satu bukti tertua adalah penggunaan astragali (tulang pergelangan kaki hewan) yang dilempar untuk meramal nasib, ditemukan pada peradaban Mesopotamia sekitar 3000 SM. Tulang-tulang ini dianggap sebagai cikal bakal dadu modern. Di Tiongkok kuno, sekitar 2300 SM, ada catatan tentang permainan berbasis keberuntungan yang mirip dengan lotre, bahkan dikaitkan dengan pendanaan pembangunan Tembok Besar Tiongkok.
Di Mesir Kuno, permainan seperti Senet (sekitar 3100 SM) tidak hanya untuk hiburan tetapi juga memiliki makna religius, sementara di Yunani dan Romawi Kuno, taruhan pada pertandingan gladiator atau balap kereta menjadi populer. Bangsa Romawi bahkan memiliki ungkapan “Alea iacta est” (dadu telah dilempar), yang menunjukkan betapa judi sudah mendarah daging dalam budaya mereka.
Judi telah menjadi bagian dari sejarah manusia selama ribuan tahun, mencerminkan hasrat bawaan manusia untuk menguji keberuntungan dan meraih kemenangan besar dengan risiko kecil. Dari permainan dadu di peradaban kuno hingga kasino modern yang megah, judi terus berkembang, sering kali memicu kecanduan yang sulit dilepaskan. Artikel ini akan menelusuri asal-usul judi, evolusinya, dan mengapa permainan keberuntungan ini begitu memikat hingga menjadi candu bagi banyak orang
Pada Abad Pertengahan di Eropa, judi mulai diatur karena sering dikaitkan dengan kejahatan dan kemiskinan. Namun, itu tidak menghentikan popularitasnya. Kartu remi, yang kemungkinan berasal dari Tiongkok pada abad ke-9 dan menyebar ke Eropa melalui pedagang Muslim pada abad ke-14, menjadi alat judi yang sangat populer. Kasino pertama yang resmi, Ridotto, didirikan di Venesia pada tahun 1638, menandai era baru perjudian terorganisir.
Di Amerika, judi berkembang pesat pada abad ke-19 dengan munculnya saloon dan permainan seperti poker serta blackjack. Lotre juga digunakan untuk mengumpulkan dana publik, misalnya untuk pendirian universitas seperti Harvard. Pada abad ke-20, Las Vegas muncul sebagai ibu kota judi dunia, diikuti oleh kemajuan teknologi yang membawa judi ke ranah online pada akhir 1990-an.
Sejarah judi dapat ditelusuri kembali ke zaman prasejarah. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa dadu tertua yang ditemukan berasal dari 3000 SM di Mesopotamia, terbuat dari tulang hewan. Masyarakat kuno Mesir, Yunani, dan Romawi juga memiliki tradisi judi yang kuat. Di Mesir Kuno, permainan seperti Senet—yang awalnya merupakan permainan papan ritual—berkembang menjadi ajang taruhan. Sementara itu, di Romawi, tentara sering bertaruh pada permainan Ludus Duodecim Scriptorum, pendahulu backgammon modern.
Judi pada masa itu bukan sekadar hiburan; ia sering dikaitkan dengan ramalan nasib atau komunikasi dengan dewa. Namun, daya tarik utamanya tetap sama: adrenalin dari ketidakpastian dan harapan akan kemenangan.
Pada Abad Pertengahan, judi menyebar luas di Eropa meskipun sering dilarang oleh gereja karena dianggap amoral. Namun, larangan ini tidak menghentikan popularitasnya. Permainan kartu pertama kali muncul di Tiongkok pada abad ke-9 selama Dinasti Tang, menggunakan kertas yang baru ditemukan. Kartu-kartu ini akhirnya menyebar ke Timur Tengah dan Eropa pada abad ke-14, menjadi dasar permainan seperti poker dan blackjack yang kita kenal hari ini.
Di masa ini, judi mulai diorganisasi secara lebih formal. Rumah judi pertama, atau ridotto, didirikan di Venesia pada tahun 1638, menawarkan permainan terkontrol dengan taruhan tinggi. Ini menjadi cikal bakal kasino modern.
Revolusi Industri membawa judi ke level baru. Pada abad ke-19, kasino mewah bermunculan di Monte Carlo dan Las Vegas, menarik para bangsawan dan petualang. Permainan seperti roulette, slot, dan bakarat dirancang untuk memaksimalkan keuntungan rumah sekaligus memberikan ilusi kemenangan yang mudah. Slot machine, yang ditemukan pada akhir abad ke-19 oleh Charles Fey, menjadi simbol judi modern karena kesederhanaan dan potensi hadiahnya yang besar.
Di era digital, judi online meledak pada akhir 1990-an dengan munculnya situs seperti InterCasino. Kini, pemain bisa bertaruh dari mana saja, kapan saja, dengan permainan yang dirancang menggunakan algoritma untuk menjaga mereka tetap bermain. Fitur seperti bonus, putaran gratis, dan animasi mencolok semakin meningkatkan daya tariknya.
Dari perspektif psikologi, judi memicu pelepasan dopamin di otak, hormon yang terkait dengan kesenangan dan penghargaan. Ketidakpastian hasil—dikenal sebagai variable reward schedule—membuat otak terus menerus mencari sensasi berikutnya, mirip seperti kecanduan narkoba. Ditambah lagi, faktor sosial, tekanan ekonomi, dan pelarian dari masalah pribadi sering memperparah ketergantungan ini.
Sejarah panjang judi menunjukkan bahwa daya tariknya tidak pernah pudar. Dari tulang dadu hingga layar ponsel, permainan keberuntungan ini terus berkembang, memikat jutaan orang—dan bagi sebagian, menjadi candu yang sulit dilepaskan.
Penguatan Intermiten: Kemenangan yang tidak terduga dan jarang (seperti pada mesin slot) mirip dengan efek psikologis “kotak Skinner,” di mana hadiah tak terprediksi justru memperkuat perilaku.
Ilusi Kontrol: Banyak permainan judi, seperti poker atau taruhan olahraga, memberi kesan bahwa keterampilan bisa mengalahkan keberuntungan, padahal peluang tetap acak.
Eskapisme: Judi sering menjadi pelarian dari stres atau masalah hidup, memberikan sensasi sementara yang membuat orang kembali lagi
Dopamin dan Sensasi Kemenangan: Otak manusia melepaskan dopamin, hormon kebahagiaan, saat seseorang menang atau hampir menang. Bahkan kekalahan bisa memicu antisipasi untuk “kembali menang,” menciptakan siklus adiksi